ilustrasi Quran of Moslem
ilustrasi Quran of Moslem. Photo by: Image by Image by Fauzan My from Pixabay

Framing Islam sebagai Teroris. Propaganda Lama dari Barat

Selama dua dekade terakhir, dunia disuguhi narasi yang menyudutkan Islam sebagai agama kekerasan. Label “Islam adalah teroris” kerap muncul dalam pemberitaan media Barat, membentuk opini publik global yang menyamakan Islam dengan kekerasan. Padahal, ini bukan fakta—melainkan framing atau penggiringan opini yang sistematis.


Apa Itu Framing?

Framing adalah teknik komunikasi yang menyajikan suatu isu dengan sudut pandang tertentu agar memengaruhi cara orang memahami atau meresponsnya. Dalam konteks ini, Islam ditampilkan secara negatif oleh media dan politisi tertentu, terutama di Eropa dan Amerika, seolah menjadi ancaman dunia.


Mengapa Islam Dijadikan Sasaran?

  1. Legitimasi Politik dan Militer
    Negara-negara Barat membutuhkan narasi musuh bersama untuk membenarkan intervensi militer mereka di Timur Tengah, seperti invasi ke Irak dan Afghanistan.
  2. Distraksi dari Masalah Domestik
    Isu “terorisme Islam” sering digunakan untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari krisis ekonomi, sosial, atau politik dalam negeri.
  3. Islamofobia yang Menguntungkan
    Meningkatnya ketakutan terhadap Islam (Islamofobia) membuka pasar baru untuk industri keamanan, penjualan senjata, hingga retorika kampanye politik.

Fakta yang Sering Diabaikan

Islam Berarti Damai
Kata Islam berasal dari “salaam” yang berarti kedamaian. Islam melarang pembunuhan, kecuali dalam keadaan mempertahankan diri dari penindasan.

Mayoritas Korban Terorisme adalah Muslim
Studi Global Terrorism Index menunjukkan bahwa sebagian besar korban aksi terorisme justru berasal dari negara-negara Muslim.

Banyak Teroris Non-Muslim Tidak Disebut Teroris
Ketika pelaku berasal dari kelompok supremasi kulit putih atau ekstremis non-Muslim, media cenderung menggunakan istilah seperti “lone wolf” atau “gangguan mental”, bukan “teroris”.


Melawan Framing Lewat Literasi

Framing ini harus dilawan dengan edukasi dan literasi media. Kita harus:

Memahami sejarah dan motif di balik narasi tersebut.

Menyebarkan informasi yang adil dan berimbang.

Menolak stereotip yang merusak keberagaman dan harmoni sosial.


Penutup

Islam bukanlah teroris. Framing yang menyudutkan umat Islam adalah warisan kolonialisme dan propaganda modern yang harus dilawan dengan nalar, fakta, dan solidaritas lintas agama. Sudah saatnya kita tidak lagi diam melihat ketidakadilan naratif ini menyebar tanpa kritik.


Discover more from Sumbu Informasi

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply