Ketegangan antara Israel dan Iran mencapai puncaknya pada pertengahan Juni 2025 dengan eskalasi militer terbesar dalam sejarah konflik kedua negara. Israel melancarkan gelombang serangan udara dan rudal yang menargetkan fasilitas militer, pusat komunikasi, dan infrastruktur nuklir Iran. Salah satu serangan paling signifikan terjadi saat rudal Israel menghantam gedung televisi nasional Iran di Tehran saat sedang menyiarkan siaran langsung, menewaskan sejumlah jurnalis dan teknisi media. Israel juga mengklaim telah menewaskan beberapa tokoh militer penting Iran, termasuk Kepala Staf Ali Shadmani. Sebagai balasan, Iran meluncurkan lebih dari 370 rudal dan drone ke berbagai wilayah strategis di Israel, termasuk Tel Aviv, menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa di kalangan warga sipil.
Jumlah korban terus bertambah: lebih dari 220 orang tewas di Iran, termasuk warga sipil, petugas medis, dan jurnalis. Di pihak Israel, tercatat sedikitnya 24 korban meninggal dan puluhan lainnya luka-luka. Aksi saling serang ini telah menyebabkan kekhawatiran global, terutama di kalangan negara-negara anggota G7 yang mendesak de-eskalasi dan perlindungan terhadap warga sipil. Amerika Serikat memperkuat kehadiran militernya di wilayah Teluk namun menyatakan tidak akan terlibat langsung, sementara mantan Presiden AS Donald Trump turut memperkeruh suasana dengan menyerukan evakuasi warga Tehran dan menyatakan Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.
Di tengah konflik bersenjata ini, rencana perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat yang sebelumnya dijadwalkan berlangsung di Oman pada 15 Juni 2025 akhirnya dibatalkan. Pemerintah Iran menyatakan siap berdialog, namun menegaskan bahwa proses diplomasi hanya bisa berjalan jika Israel menghentikan semua serangannya terlebih dahulu. Dengan tidak adanya kesepakatan gencatan senjata, konflik ini tampaknya akan terus berlanjut dan mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah secara menyeluruh.
Discover more from Sumbu Informasi
Subscribe to get the latest posts sent to your email.