Dominasi udara tak lagi milik negara-negara Barat, China tampil sebagai pemain utama dalam revolusi militer berbasis drone.
26 Mei 2025 – Perang di era modern mengalami transformasi signifikan. Salah satu perubahan paling mencolok adalah pemanfaatan teknologi drone atau pesawat nirawak. Negara-negara besar kini berlomba mengembangkan drone militer untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan keamanan operasi tempur. Di antara para pemain global, China muncul sebagai salah satu negara dengan kemajuan tercepat dalam pengembangan drone militer.
China dan Lompatan Teknologi Drone Militer
China melalui perusahaan-perusahaan seperti AVIC (Aviation Industry Corporation of China) dan CASC (China Aerospace Science and Technology Corporation) telah menciptakan berbagai model drone canggih, seperti Wing Loong, CH-4, dan WZ-8. Drone-drone ini digunakan untuk misi pengintaian, serangan presisi, dan peperangan elektronik.
Model Wing Loong II, misalnya, mampu terbang hingga 32 jam nonstop dan membawa rudal berpemandu presisi tinggi. Sementara CH-4 sering dibandingkan dengan MQ-9 Reaper milik Amerika Serikat karena kemampuannya yang hampir setara dengan biaya produksi yang jauh lebih rendah.
“China telah berhasil menekan biaya produksi sambil tetap menjaga kemampuan teknis drone mereka. Ini membuatnya sangat kompetitif di pasar global,” kata Dr. Michael Horowitz, pakar teknologi militer dari University of Pennsylvania.
Dampak Strategis di medan perang
Penggunaan drone oleh militer China tidak hanya terbatas di dalam negeri. Negara-negara seperti Arab Saudi, Pakistan, dan beberapa negara Afrika telah membeli atau mengoperasikan drone buatan China. Ini menunjukkan bahwa ekspor teknologi militer China meningkat pesat, memberi pengaruh geopolitik baru di kawasan konflik.
Drone telah mengubah cara perang dilakukan. Dari pengintaian jarak jauh hingga serangan tanpa risiko kehilangan pilot, teknologi ini memperkecil biaya dan risiko sekaligus meningkatkan efektivitas militer.
“Kita sedang melihat pergeseran dari perang tradisional ke perang berbasis data dan otomatisasi. Drone adalah ujung tombak dari transformasi ini,” ungkap Letkol (Purn.) Arif Prasetya, analis pertahanan Indonesia.
Ancaman dan Tantangan Baru
Namun, dominasi drone juga menimbulkan kekhawatiran. Pertempuran bisa terjadi tanpa deklarasi perang formal, hanya dengan serangan mendadak dari drone. Selain itu, potensi penyalahgunaan, seperti penggunaan untuk spionase atau operasi di wilayah negara lain tanpa izin, menjadi ancaman serius bagi stabilitas global.
“Asimetri kekuatan akan makin terlihat. Negara kecil bisa punya kemampuan ofensif tinggi hanya dengan membeli drone. Ini mengubah keseimbangan militer secara dramatis,” tambah Dr. Horowitz.
Kesimpulan
Teknologi drone, khususnya yang dikembangkan oleh China, telah mengubah wajah peperangan modern. Di masa depan, peran manusia di medan perang mungkin semakin berkurang, tergantikan oleh mesin cerdas yang dikendalikan dari jauh. Dunia militer kini memasuki babak baru, di mana kecepatan teknologi menjadi penentu kemenangan.
Discover more from Sumbu Informasi
Subscribe to get the latest posts sent to your email.