Konflik lama antara Thailand dan Kamboja akhirnya pecah menjadi pertempuran bersenjata terbuka pada Rabu (23/07/2025), menyusul bentrokan pasukan di wilayah perbatasan yang telah lama dipersengketakan, khususnya di sekitar kawasan Candi Preah Vihear.
Beberapa laporan menyebutkan baku tembak intens terjadi sepanjang malam, dengan kedua negara mengerahkan pasukan tambahan dan kendaraan tempur ke garis depan. Korban jiwa dilaporkan mencapai puluhan dari kedua belah pihak, termasuk warga sipil yang terjebak dalam baku tembak. Ribuan warga dilaporkan mengungsi dari zona konflik.
Penyebab Konflik
Ketegangan antara kedua negara meningkat tajam sejak awal tahun, dipicu oleh:
Sengketa perbatasan yang belum terselesaikan selama puluhan tahun.
Tuduhan pelanggaran wilayah udara oleh Thailand.
Peningkatan latihan militer dan pembangunan pos perbatasan oleh Kamboja.
Sentimen nasionalisme yang meningkat di dalam negeri kedua negara menjelang pemilu.
Baca juga : Trump Siap Kirim Bantuan Senjata ke Ukraina Lewat NATO, NATO Tanggung Biaya Penuh
Respons ASEAN dan Dunia Internasional
ASEAN, melalui Sekretariat Jenderal-nya di Jakarta, telah mengeluarkan pernyataan mendesak gencatan senjata dan mengusulkan pembentukan misi mediasi khusus. Namun, respons dari kedua negara masih bersifat defensif dan saling menyalahkan.
PBB, melalui Sekjen António Guterres, juga menyampaikan keprihatinan dan mendorong penyelesaian damai, namun intervensi langsung belum dilakukan.
Apakah Eskalasi Bisa Menyebar ke Negara ASEAN Lain?
Kemungkinan eskalasi ke wilayah ASEAN lainnya ada, terutama jika:
Konflik berdampak pada perbatasan Laos atau Vietnam.
Kelompok-kelompok bersenjata non-negara (milisi, separatis, atau kriminal lintas batas) ikut mengambil keuntungan dari kekacauan.
Negara-negara ASEAN memilih pihak dalam konflik, yang dapat memecah persatuan regional.
Namun, banyak pengamat meyakini negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura akan mendorong peran diplomatik aktif untuk mencegah meluasnya konflik.
Dampak Ekonomi untuk ASEAN
Konflik ini berpotensi memberikan dampak signifikan bagi stabilitas ekonomi regional, antara lain:
- Gangguan Perdagangan Regional
Jalur logistik darat dari Thailand menuju Laos dan Vietnam kemungkinan terganggu.
Investasi asing (FDI) di wilayah Mekong dapat tertunda atau ditarik.
- Ketidakstabilan Pasar
Indeks saham di kawasan ASEAN melemah, terutama di Bangkok dan Phnom Penh.
Nilai tukar Baht dan Riel turun drastis terhadap dolar AS.
- Lonjakan Harga Komoditas
Ketidakpastian geopolitik dapat mendorong kenaikan harga beras, energi, dan logistik.
Negara-negara importir pangan seperti Filipina bisa terdampak.
- Kepercayaan Investor Terganggu
ASEAN sebagai kawasan stabil kini dipertanyakan oleh investor global.
Potensi pelambatan pertumbuhan ekonomi ASEAN untuk kuartal III-IV 2025.
Perang Thailand-Kamboja menjadi ujian besar bagi solidaritas ASEAN. Jika tidak segera ditangani melalui diplomasi aktif dan netralitas, eskalasi konflik dapat membawa dampak serius terhadap stabilitas politik dan ekonomi kawasan. ASEAN dihadapkan pada pilihan: diam dan terpecah, atau bertindak cepat sebagai satu kesatuan.
Discover more from Sumbu Informasi
Subscribe to get the latest posts sent to your email.
Pingback: Perbandingan Kekuatan Militer. Thailand Unggul Jauh Dibanding Kamboja jika Perang Pecah - Sumbu Informasi