Ilustrasi. Pemerintah Trump siap kirim senjata ke Ukraina lewat NATO. Foto: AFP/Sergei Supinsky
Ilustrasi. Pemerintah Trump siap kirim senjata ke Ukraina lewat NATO. Foto: AFP/Sergei Supinsky

Trump Siap Kirim Bantuan Senjata ke Ukraina Lewat NATO, NATO Tanggung Biaya Penuh

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan siap melanjutkan pengiriman bantuan senjata ke Ukraina melalui aliansi pertahanan NATO. Keputusan ini diambil setelah sebelumnya Trump sempat menunda pengiriman senjata selama beberapa bulan sejak awal tahun 2025.

Trump menegaskan bahwa bantuan tersebut tidak akan langsung diberikan oleh Amerika Serikat, melainkan melalui NATO. Menurutnya, pengiriman bantuan militer ini akan dilakukan dengan skema di mana NATO sepenuhnya menanggung biaya distribusi senjata ke Ukraina.

“Kami akan mengirimkan senjata ke NATO, dan NATO yang akan mengirimkannya ke Ukraina. NATO akan membayar 100%,” ujar Trump dalam pernyataan resminya.

Paket bantuan yang akan dikirimkan diperkirakan senilai sekitar USD 300 juta (sekitar Rp 4,9 triliun). Isi paket termasuk sistem pertahanan udara seperti Patriot, roket berpemandu presisi jarak menengah (GMLRS), hingga kemungkinan rudal Hellfire.

Trump akan menggunakan Presidential Drawdown Authority (PDA) untuk memungkinkan transfer cepat senjata dari stok militer AS. Ini menjadi pertama kalinya dalam masa jabatan keduanya ia menggunakan otoritas ini.

Langkah ini sekaligus menandai perubahan sikap dari Trump yang sebelumnya dikenal cenderung membatasi dukungan militer ke Ukraina. Penundaan sebelumnya memicu kritik dari sekutu NATO dan Ukraina karena meningkatnya tekanan dari Rusia di medan perang.

Pengiriman bantuan via NATO dipandang lebih efisien secara logistik dan politik. Negara-negara anggota NATO seperti Jerman juga telah menyatakan kesiapan mereka untuk membeli sistem senjata dan menyuplai langsung ke Ukraina, demi mempercepat pengiriman.

Respons dan Implikasi

Keputusan Trump mendapat sorotan luas, terutama karena diambil di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia dan tekanan domestik agar AS tetap mendukung Ukraina. Strategi Trump ini juga dinilai sebagai upaya memperkuat posisi NATO dan memperkecil beban langsung yang harus ditanggung oleh AS.

Meski begitu, beberapa analis menyebut keputusan ini sarat dengan pertimbangan politik menjelang pemilu, mengingat isu perang Ukraina masih menjadi sorotan dalam kampanye politik di AS.


Discover more from Sumbu Informasi

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply